Rahim Pengganti

Bab 143 "Pesta Pernikahan"



Bab 143 "Pesta Pernikahan"

0Bab 143     

Pesta Pernikahan     

Sedangkan di tempat lain, Ibu Sri dan bunda Carissa sudah menunggu kedatangan Gina dan Daffa. Kedua wanita itu memutuskan untuk ikut mendampingi kedua nya.     

"Ini Daffa kemana sih, kok gak sampai sampai," ucap ibu Sri sudah sekitar dua puluh menit namun, kedua orang tersebut belum juga menampakkan wujudnya.     

"Mungkin macet mbak. Kita tunggu saja," balas bunda Carissa.     

Kedua wanita itu lalu menunggu Daffa dan Gina di ruang tunggu. Dan tak lama Gina dan juga Daffa sudah sampai di tempat, keduanya begitu kaget dengan apa yang mereka lihat, kedua wanita itu ada di sana.     

Pembicaraan mereka di pinggir jalan tidak membuahkan hasil, karena Gina tetap bungkam wanita itu tidak membuka mulutnya hal itu membuat Daffa pasrah dengan apa yang terjadi.     

***     

Satu bulan kemudian, hari di mana orang orang menunggu acara ini, begitu juga kedua orang tua masing masing, namun berbeda dengan Gina yang hanya bersikap biasa saja. Wanita itu seolah tidak bersemangat untuk melangsungkan pernikahan, sejak tadi Gina hanya menampilkan raut wajah cemberut.     

"Lo cantik banget si Na. Ya ampun, Mami aku mau nikah juga," ujar Sekar. Tante Siska dan bunda Carissa yang mendengar hal itu menjadi tertawa, karena ucapan yang dilontarkan oleh Sekar.     

"Semoga kamu menikah dengan orang benar benar mencintaimu ya kak. Dan kamu bahagia." Gina mengatakan hal itu dengan tatapan datar, bahwa tanpa ekspresi sedikit pun. Semua yang mendengar hal itu seperti mendapatkan hujaman tajam dari sebuah pisau. Siska dan Carissa saling pandang satu dengan lainnya, Carissa begitu terpukul dengan apa yang terjadi, sungguh wanita itu seolah gagal menjadi seorang ibu ketika melihat anak nya bersedih seperti ini.     

Ceklek     

Pintu kamar terbuka dengan lebar, menampilkan Bagas dan juga Ryu, kedua nya masuk ke dalam kamar Gina. Terlihat jelas dari mata Ryu, laki laki itu berusaha menahan kekesalannya terhadap kedua orang tua nya.     

"Kak Gina cantik sekali. Pasti Abang tentara itu, bakalan terpesona melihat kakak," ujar Bagas. Gina hanya tersenyum, wanita itu memaksakan dirinya untuk tersenyum supaya, karena Gina tahu Abang nya tidak suka jika diri nya bersedih. "Terima kasih ya Gas, kamu juga ganteng kok," jawab Gina.     

"Ginaa!!!" pekik Melody. Wanita yang sedang hamil itu baru saja tiba, beberapa hari yang lalu Melody dan Adnan sampai hanya saja kedua nya menginap di rumah kedua orang tua Adnan. Hal itu terjadi karena Melody yang pusing dan mual, ayah Bian dan bunda Carissa juga menyarankan hal itu, supaya Melody bisa beristirahat.     

Melody langsung memeluk adiknya, rasanya seperti mimpi. Adik yang begitu dia sayangi sebentar lagi, akan menjadi istri orang. Rasanya Melody tidak menyangka hal ini bisa terjadi.     

"Adik kakak udah mau nikah, udah mau jadi istri orang. Bahagia selalu ya dek," ucap Melody. Lagi dan lagi, Gina menampilkan senyum terindah nya. Senyuman yang menurut orang lain adalah senyum kebahagiaan berbeda dengan Gina yang memaknai hal tersebut.     

"Terima kasih kak, sudah mau repot untuk datang," ucap Gina. Mendengar hal itu, membuat Melody kebingungan kenapa bisa adiknya mengatakan hal seperti itu, "Maksud kamu apa sih. Gak ada yang repot, kakak malahan senang ih. Adik kakak paling bontot udah mau nikah, jadi istri orang bahagianya. Apa lagi sama kita nanti kamu pakai baju hijau, Kakak pakai baju pink," balas Melody.     

Adnan adalah seorang polisi yang sudah memiliki pangkat cukup tinggi. Karena hal itu juga membuat Melody harus ikut suaminya pergi ke luar kota, tugas Adnan sebagai salah satu kepala di bagian divisi terbaik kantor kepolisian membuat Melody wajib ikut pindah.     

***     

Gina berjalan menuju ruang akad, beberapa menit yang lalu wanita itu sudah sah menjadi seorang istri, dan kehidupan baru menanti diri nya. Kehidupan yang akan merubah Gina 360 derajat dari biasa nya. Gina hanya bisa pasrah dengan kehidupan yang sedikit tidak adil bagi diri nya ini. Di antar oleh Melody, membuat Gina seolah semakin hancur, kehidupan sang Kakak yang begitu bahagia berbanding terbalik dengan diri nya yang akan hidup dengan kesedihan.     

Daffa terdiam di tempat, pria itu bukan terpaku karena penampilan Gina yang begitu cantik dengan kebaya berwarna putih gading. Tapi dirinya terpaku melihat siapa wanita di samping Gina.     

Deg     

Jantungnya berdetak dengan sangat kuat, saat mengenali siapa yang ada di sana. Wanita yang bersama dengan Gina adalah Mel, wanita yang hingga detik ini masih bersarang di hati Daffa.     

Daffa akhirnya tahu, kenapa dirinya menerima pernikahan ini dengan mudah, karena wajah Gina sangat mirip dengan Melody.     

"Akhirnya aku bertemu dengan kamu Mel. Aku akan memperjuangkan kamu," gumam Daffa. Pria itu seolah lupa bahwa saat ini statusnya berbeda, dirinya sudah menikah dan menjadi suami orang.     

Namun, tiba tiba pikiran itu buyar ketika melihat Gina berjalan dan duduk di sampingnya. Daffa mendesah pasrah, saat ini dirinya sudah berganti status dan hal itu membuat Daffa sedikit tidak nyaman. Kenapa dirinya harus bertemu dengan Mel, wanita yang mengisi hatinya di saat seperti ini. Mata Daffa kembali melotot ketika melihat, Mel wanita yang dirinya cinta duduk bersama seorang pria.     

Jantung Daffa berdetak dengan sangat cepat, pria itu tidak suka dengan apa yang terjadi saat ini. Di dalam hati mau bertanya tanya siapa pria yang ada di samping Mel saat ini.     

"Silakan Daffa istrinya sudah ada. Pasangkan lah cincin di jarinya," ujar Bapak Joyo. Daffa menatap ke arah bapaknya, lalu pria itu mulai mengambil cincin yang sudah dirinya persiapkan. Ketika tangan keduanya bertemu, desiran sengatan listrik terjadi hal itu membuat kedua jantung mereka berdebar dengan sangat kencang.     

"Cium tangan suaminya Gina, dan Daffa cium kening istrinya." Keduanya lakukan hal itu, ini adalah interaksi yang lebih intim di lakukan oleh mereka berdua. Saat Daffa mengecup dahi Gina sebuah pacuan di dalam hatinya seolah berjalan dengan sangat kencang hal itu membuat Gina bergetar. Bukan hanya Gina Daffa juga merasakan hal yang sama, pria itu terlihat dengan sangat jelas gugup. Aroma yang begitu nikmat membuat Daffa tidak bisa jauh dari Gina.     

Setelah selesai dengan semua hal satu persatu di datangi oleh Daffa dan Gina untuk meminta restu. Dan di sinilah Daffa tahu bahwa Mel wanita yang ada di hatinya adalah kakak dari Gina dan sudah menikah. Hancur ya itulah, yang dirasakan oleh Daffa saat ini.     

***     

Dengan gaun berwarna hijau, Guna terlihat sangat cantik. Acara selanjutnya ada resepsi pernikahan, Gina sudah meminta untuk dilaksanakan biasa biasa saja. Namun, nyatanya tidak acara ini begitu megah, Gina melupakan sesuatu jika pria asing yang sudah menjadi suami nya itu, adalah seorang anggota TNI dan acara pernikahan akan ada pedang pora.     

"Gina!!! Ya ampun lo cantik banget, gue jadi pangling lihatnya," ujar Acha. Mereka semua sudah sejak tadi ingin masuk dan melihat Gina namun, selalu dilarang oleh orang orang di sana. Mereka mengatakan bahwa Gina harus di rias kembali untuk acara selanjutnya. Tapi mereka tidak tinggal diam begitu saja, Sekar dan Akbar yang memiliki sejuta ide akhirnya bisa mengajak Acha dan Dewa masuk untuk melihat Gina.     

Gina hanya membalas dengan senyuman, di ruangan ini hanya tinggal Gina seorang diri. Nanti dirinya akan di jemput oleh Daffa menuju ke dalam gedung acara. "Gue bahagia banget, bisa melihat lo di sini Na. Gue gak pernah sangka, di antara kita yang akan menikah itu lo, selamat bestie. Bahagia dunia dan akhirat," ujar Acha. Semua yang ada di dalam ruangan itu mendoakan apa yang di sampaikan oleh Acha. Gina hanya bisa berharap, bahwa semua yang terjadi adalah sebuah mimpi, yang tidak pernah ingin Gina lihat.     

Sekar dan Acha sibuk bercerita banyak hal, berbeda dengan Akbar yang memperhatikan Gina dengan intens.     

"Are you okay Na?" tanya Akbar. Gina mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Akbar. Sahabat nya itu yang paling mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Gina saat ini. "I am okay Bar," jawabnya dengan lagi dan lagi memaksakan senyum di wajahnya.     

Di lain tempat, Daffa sedang bersiap dengan beberapa rekan nya untuk acara pedang pora nanti nya. Hingga Daffa melihat Mel sendirian, pria itu lalu melangkahkan kaki nya ke arah Melody yang sedang duduk di salah satu meja.     

"Hai," sapa Daffa. Melody menoleh ke arah belakang, wanita itu tersenyum ketika melihat adik iparnya ada di sana. "Boleh gabung duduk di sini?" tanya Daffa. Melody langsung menganggukkan kepalanya.     

"Apa kabar Mel?" tanya Daffa lagi, Melody mengerutkan dahi nya, wanita itu bingung dengan apa yang dirinya dengar. "Kamu pasti lupa dengan saya, karena sudah sangat lama tidak berjumpa. Hampir 10 tahun," jelas Daffa.     

"Sebentar wait … kamu itu Daffa teman sekolah aku di SMA bukan sih?" tanya Melody. Daffa menganggukkan kepalanya, kedua nya lalu saling mengobrol satu dengan lainnya. Terlihat dengan sangat jelas dari wajah, Daffa bahwa pria itu begitu senang dan bahagia bisa kembali bicara dengan wanita yang mengisi hatinya.     

"Sayang!!"     

Keduanya menoleh, raut wajah Daffa seketika langsung berubah. Pria itu terlihat langsung datar dan biasa biasa saja. Ketika melihat seorang pria menghampiri Melody lalu mengecup dahi wanita nya itu.     

"Seru banget ngobrolnya."     

"Mas kamu tahu gak, ternyata Daffa ini teman aku di SMA dulu. Ya ampun gak sangka banget bisa ketemu sama dia, yang akan jadi adik ipar aku," jelas Melody. Wanita itu terus berbicara dengan Adnan terlihat dengan sangat jelas bahwa Melody begitu mencintai suaminya itu. Hal tersebut membuat Daffa menjadi kesal pria itu lalu pamit dan pergi dari tempat tersebut, malas harus berlama lama di sana, menyaksikan kemesraan kedua orang tersebut.     

Rangkaian acara akan segera di mulai, Daffa di minta untuk menjemput Gina di dalam kamar nya. Saat pintu terbuka, bukan hanya ada Gina di dalam sana namun, ada beberapa orang termasuk adiknya Dewa di dalam sana. Sekar dan Acha sudah histeris melihat Daffa masuk ke dalam kamar sedangkan Gina hanya menatap datar.     

Akbar yang ada di samping Gina menepuk bahu sahabatnya itu sambil berkata 'kamu kuat' rasanya Gina ingin menangis dan memeluk Akbar. Hanya pria itu yang peka, akan gimana perasaan dirinya.     

"Duh pangeran udah jemput Na. Buruan yok pergi," ujar Acha.     

Daffa berjalan ke arah depan, pesona yang ditampilkan Gina benar benar membuat pria itu tidak bisa berkedip.     

"Ayo," ajak Daffa. Gina tidak merespon apapun, wanita itu lalu berdiri dan berjalan ke arah Daffa. Keduanya lalu keluar dari dalam kamar menuju ke tempat acara. Tangan Gina tidak pernah lepas menggenggam tangan suaminya itu, wanita itu berusaha untuk tersenyum meskipun hatinya menolak menerima semua hal yang terjadi saat ini.     

Semua orang di sana menatap ke arah Gina dengan tatapan yang begitu dalam, wanita itu terlihat sangat cantik bahkan bisa di bilang, sudah seperti putri negeri dongeng. Gina yang memang cantik lalu di tambah dengan beberapa hiasan di wajah nya menambahkan kadar kecantikan itu sangat tinggi, hal itulah yang membuat semua mata tertuju kepada nya.     

Bahkan beberapa prajurit yang bertugas di acara tersebut juga menunjukkan kekagumannya kepada Gina dengan menatap wanita itu tidak henti. Hal tersebut, semakin membuat Daffa jadi tidak suka.     

Acara kemiliteran satu demi satu telah selesai, saat ini hanya menunggu untuk foto bersama, sore hari ini banyak sekali tamu undangan bagaimana tidak pernikahan ini melibatkan banyak pihak terutama karena ini kali pertama keluarga Daffa membuat acara. Selama 27 tahun usia Daffa baru kali ini, keluarga bapak Joyo berpesta sebagai cucu pertama dari kedua buah pihak membuat pernikahan ini dilakukan dengan sangat mewah.     

"Kamu capek?" tanya Daffa. Gina menoleh sejenak lalu menggelengkan kepalanya, wanita itu tidak mau terlihat lemah di depan pria yang sudah menjadi suami nya ini, sedangkan Daffa hanya bisa menarik nafasnya panjang.     

"Ginaa!!!" Teriakan yang dilakukan oleh gerombolan teman Gina itu membuat wanita itu hanya menatap mereka dengan datar nya tidak ada hal spesial yang harus di lakukan oleh Gina. Bahkan jika bisa memilih Gina ingin pergi dari tempat ini sekarang juga, kepala nya sudah sangat pusing di tambah hari ini diri nya belum makan sedikit nasi pun.     

"Nggak usah teriak teriak Cha. Lihat tuh orang orang jadi menatap ke arah kita," ucap Dewa kesal. Sejak tadi kedua orang itu selalu berselisih paham hal itu, membuat Akbar dan Sekar hanya bisa geleng geleng kepala. Keduanya sudah sangat hafal dengan sikap Dewa dan Acha yang selalu seperti ini.     

Akbar mendekat ke arah Gina, "Are you okay Na?" tanyanya. Mendengar pertanyaan itu membuat Daffa menoleh ke arah sang istri. "I am okay Bar," jawabnya.     

"Lo mungkin bisa berbohong dengan orang lain, tapi sama gue gak bisa Na. Lo sakit? Muka lo pucet banget," ucap Akbar.     

Gina menampilkan senyum manis nya, wanita itu berusaha untuk tidak menunjukkan rasa sakitnya. "Aku baik baik aja Bar, udah ayo kalian mau foto kan. Buruan sini," ucap Gina. Daffa terus memperhatikan istrinya itu, tatapan mata Daffa dan Akbar bertemu, pria yang seumuran dengan Dewa itu menatap Daffa dengan begitu tajam. Bahkan terlihat dengan jelas aura, permusuhan dikibarkan oleh Akbar.     

***     

Semua orang menjadi panik, tanpa terkecuali. Untunglah, tamu undangan sudah habis dan hanya menyisakan keluarga saja. Gina jatuh pingsan, dan tembakan Akbar benar wanita itu terus menahan diri nya supaya terlihat baik baik saja. Melihat Gina hampir terjatuh, Akbar yang tak jauh dari sana langsung menggendong tubuh sahabatnya itu.     

Daffa? Jangan tanya, pria itu hanya diam di tempatnya, kalau Dewa tidak memanggil nama Abang nya itu, mungkin saja sampai detik ini Daffa tidak bergerak.     

"Bagaimana keadaan Gina bar?" tanya ayah Bian.     

"Gina hanya kelelahan pakde, di tambah asam lambungnya naik. Hal itulah yang membuat diri nya jadi kehilangan kesadaran. Tapi tadi Akbar udah memberikan suntikan vitamin dan juga infus untuknya. Sebentar lagi Gina juga akan sabar," jelas Akbar.     

"Terima kasih nak. Pakde berhutang sama kamu," balas Bian.     

"Gina sahabat saya. Dia juga saudara saya, mau seperti apa orang lain menyakitinya, saya akan selalu ada di samping Gina."     

Mendengar ucapan yang disampaikan oleh Akbar membuat Daffa menatap tajam ke arah Akbar. Pria itu tidak suka dengan apa yang diucapkan agar barusan, Akbar sekolah menunjukkan bahwa Daffa tidak berguna saat ini untuk Gina.     

"Ya sudah kita kembali ke kamar biarkan Daffa yang merawat Gina," ujar Ayah Bian.     

"Iya benar apa yang dikatakan Mas Bian ayo sekarang kita biarkan Gina istirahat acara juga sudah selesai. Daffa tolong jaga menantu Bapak ya kamu suaminya." Setelah mengatakan hal itu itu mereka semua meninggalkan Daffa dan juga Gina di dalam kamar.     

Suasana sangat sunyi Daffa menatap ke arah tempat tidur di mana sang istri sedang terbaring di sana. Pria itu menatap dengan intens, tangan Dafa juga terjulur merapikan anak rambut yang menutupi wajah Indah milik istrinya.     

"Maaf belum bisa membuat kamu bahagia."     

Setelah mengatakan hal itu Daffa lalu masuk ke dalam kamar mandi itu ingin membersihkan diri nya sebelum dia meminta ibu atau mertua nya untuk menggantikan baju Gina.     

Pukul 01.00 dini hari Gina terbangun dari tidur nya wanita itu kaget ketika melihat diri nya sudah berganti pakaian dengan baju tidur titik saat akan beranjak dari tempat tidur tiba-tiba kepala Gina Kembali Sakit wanita itu memegang nya.     

"Kamu kenapa ada yang sakit?" tanya Daffa. Gina menoleh ke samping tempat tidur nya di mana ternyata di sana ada Daffa yang sedang duduk menatap ke arahnya. Gelengan kepala yang diberikan oleh Gina adalah sebagai pertanda bahwa diri nya tidak apa apa. Melihat Hal itu membuat Dafa sedih menghela nafas nya kesal. "Berhenti berbuat seolah kamu kuat padahal kamu lemah," ucap Daffa. Mendengar hal itu membuat Gina tersenyum, wanita itu sangat lucu saat mendapatkan pertanyaan oleh Daffa yang seolah tahu bagaimana kondisinya saat ini.     

"Siapa Anda yang seolah tahu apa yang sedang aku rasakan bahkan kedua orang tuaku saja tidak tahu perasaan apa yang saat ini sedang aku terima. Sedangkan kamu adalah orang asing," jawab Gina.     

Gina mencoba beranjak dari tempat tidurnya namun lagi-lagi keseimbangan pada tubuhnya tidak stabil. Hal itu membuat Dafa segera menangkap tubuh istrinya tersebut. "Kalau masih lemah dan butuh bantuan tidak usah gengsi saya bisa berpura-pura tidak tahu u Tapi sebagai seorang suami tidak akan mungkin saya membiarkan kamu kembali terluka."     

Dafa membawa Gina ke dalam kamar mandi atas permintaan wanita itu pria itu dengan sangat sabar menunggu Gina keluar dari dalam kamar mandi. Setelah Gina keluar kembali lagi Daffa membawa istrinya itu ke tempat tidur dan juga memberikan vitamin yang diberikan oleh Akbar sebelumnya.     

"Ini diminum pesan dari Akbar. Saya tidak mau besok pagi diberikan tatapan sinis oleh sahabat kamu itu."     

Tanpa banyak basa-basi Gina langsung mengambil obat tersebut dan meminumnya setelah itu dirinya merebahkan diri di atas tempat tidur.     

***     

Di lain tempat di dalam kamar Akbar sejak tadi mondar-mandir tidak jelas Dewa yang melihat hal itu itu membuat dirinya kesal.     

"Lo ngapain sih dari tadi mondar mandir kaya setrika an gue pusing tahu nggak lihatnya."     

Akbar tidak menanggapi ucapan dari dewa pria itu tetap melakukan kegiatannya sambil mengecek handphonenya. Saat ini Akbar begitu khawatir dengan kondisi Gina bukan tanpa sebab dirinya seperti itu, semua terjadi karena Akbar tahu bagaimana Gina jika sakit. Sahabatnya itu, akan sangat rewel dan manja. Dan dirinya jadi takut jika Daffa akan bersikap kasar kepada Gina.     

"Gue cuma khawatir sama kau di si Gina Dewa."     

"Yaelah Akbar lo aneh banget sih, Gina udah ada suaminya apa yang bikin lo khawatir. Udah deh mending lo tidur, siapa tahu besok calon ponakan kita udah ada."     

Keesokan paginya, Gina terbangun lebih dulu lebih tepatnya dia hanya tertidur sejenak seperti ini lagi Gina, jika berada di tempat baru maka dirinya akan sangat sulit untuk tertidur meskipun ini adalah hotel. Hanya tempat yang menurutnya aman maka dia akan tidur dengan sangat nyenyak.     

Gina sudah mandi, wanita itu juga sudah berganti pakaian dengan pakaian yang sudah di siapkan. Wanita itu menoleh ke arah tempat tidur dimana Daffa masih berada di sana.     

"Welcome dunia nyata Na. Lo akan jadi istri yang tidak pernah bahagia, bersiap siaplah," ucap Gina. Wanita itu berusaha menyemangati dirinya sendiri, seolah dia bisa dan mampu melewati semua ini dengan baik dan benar.     

Gina lalu duduk di sofa kamar tersebut, wanita itu membuka handphone banyak sekali notifikasi dari para teman temannya yang mengunggah foto mereka dan bahkan mengirimkan pesan. Gina hanya membaca sekilas, wanita itu tidak semangat untuk repost atau membalas semua pesan tersebutlah.     

"Kenapa tidak membangun saya?" tanya Daffa, pria itu terbangun dari tidurnya karena merasakan tidak ada Gina di samping tempat tidur.     

Gina menatap ke arah suaminya itu, wanita itu tidak merespon dan kembali menatap ke arah ponselnya. Melihat hal itu membuat Daffa menghela nafas nya panjang.     

"Saya mandi sebentar, lalu setelah itu kita sarapan, supaya kamu bisa kembali meminum obat nya," ucap Daffa. Gina hanya menatap datar ke arah Daffa, tidak ada sedikit kata pun yang keluar dari mulutnya.     

###     

Hai … hai … hai … oke kembali lagi dengan aku dengan kisah ini hihi. Selamat membaca ya dan terima kasih buat kalian semua. Oh ya, aku ada cerita baru judul nya "Hot Duda" jangan lupa mampir yaa nanti. See you guys di cerita aku selanjutnya.     

Eh, kisah Gina dan Daffa masih berlanjut kok. Tenang saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.